Rabu, 10 April 2013

Buddisme menurut Cendikiawan III



Seorang umat Buddha bukanlah merupakan budak dari sebuah buku ataupun dari seseorang. Tapi juga bukan dengan mengorbankan kebebasannya dalam berpikir hanya karena ia menjadi seorang pengikut Sang Buddha.

Ia dapat melatih keinginannya yang bebas dan mengembangkan pengetahuannya bahkan hingga dirinya sendiri mencapai tingkat kebuddhaan, karena semua orang memiliki benih-benih kebuddhaan.  
(Ven. Narada Maha Thera)


Bagaimanapun, tidak pernah cara Buddhis untuk menarik masuk pengikut baru dalam arti memaksakan ide-ide dan keyakinannya terhadap para pendengar yang enggan, sedikit ataupun banyak dengan menggunakan berbagai tekanan atau berbagai bujukan, penipuan, penyesatan, untuk mendapatkan pengikut terhadap pandangan seseorang.

Para misionaris Buddhis tidak pernah berlomba untuk mendapatkan pengikut baru.  (Dr. G. P. Malalasekara)



Jika suatu pertanyaan harus di pertimbangkan, ia harus dipertimbangkan dengan tenang dan demokratis seperti cara yang diajarkan oleh Buddha. 
(Nehru)








Tatkala kita membaca khotbah-khotbah Buddha, kita terkesan oleh semangat rasionalitasNya. Jalan etika Sang Buddha yang pertama ialah pandangan/ pengertian benar, suatu pandangan yang rasional.

Beliau berusaha menyingkirkan segala perangkap yang merintangi penglihatan manusia terhadap dirinya serta nasibnya. 
(Dr. S. Radhakrishnan)



Memang benar bahwa agama Buddha seperti yang kita temukan benar-benar tercatat, bukanlah merupakan suatu sistem hipotesis kuno, yang masih tetap merupakan tantangan bagi agama-agama lainnya. 
(Anglican Bishop Gore)








Saya semakin dan semakin merasakan bahwa Sakyamuni adalah yang paling serasi, baik dalam karakter maupun pengaruh dalam diriNya, Ia yang merupakan Sang Jalan, Sang Kebenaran, dan Sang Kehidupan.
(Bishop Milman)







Misi Sang Buddha benar-benar unik dalam sifatnya, karena itu ia berdiri jauh terpisah dari banyak agama-agama lainnya di dunia.

Misinya adalah untuk menggiring burung-burung idealisme yang sedang terbang melayang di angkasa untuk lebih mendekat ke bumi karena makanan bagi tubuh-tubuh mereka adalah milik sang bumi. 
(Hazrat Inayat Khan, “The Sufi Message”)




Sang Buddha bukanlah merupakan milik umat Buddha saja.
Beliau adalah milik semua umat manusia.
AjaranNya adalah umum untuk setiap orang.
Setiap agama yang muncul sesudah masa Sang Buddha, telah meminjam banyak ide-ide bijak dari Beliau. 
(Seorang Sarjana Muslim)


Sumber: Ven Dhammananda, Buddhism in The Eyes of Intelectuals