Oleh: Corneles Wowor
Khotbah ini dibabarkan Sang
Buddha ketika beliau berada di Pavarikambavana, Nalanda. Khotbah ini dibabarkan
berkenaan dengan permohonan dari Upasaka Kevaddha. Permohonan Upasaka Kevaddha
itu adalah sebagai berikut:
“Kota Nalanda sangat makmur dan berpengaruh, banyak penduduk yang menjadi pengikut Sang Bhagava. Baik sekali bilamana Sang Bhagava memberikan perintah kepada beberapa bhikkhu untuk mempertunjukan kekuatan batin yang melebihi kemampuan manusia biasa. Maka keyakinan kami kepada Sang Bhagava akan lebih bertambah”
Sang Buddha menjawab: “Kevaddha, tetapi bukan dengan cara begitu saya mengajar para bhikkhu, agar mereka mempertunjukkan kekuatan batin bagi para umat awam.”
Sampai tiga kali Kevaddha memohon demikian, akhirnya Sang Buddha berkata: “Ada tiga macam keajaiban (patihariya), yaitu: ‘keajaiban mengesankan (iddhi patihariya), keajaiban membaca-pikiran orang lain (adesana patihariya) dan keajaiban ajaran (anusasana patihari).
Keajaiban mengesankan (iddhi patihariya) adalah kemampuan untuk merubah diri dari seorang menjadi banyak; dari banyak orang menjadi seorang saja; menghilangkan diri atau sebaliknya: berjalan menembus dinding, benteng atau gunung tanpa ada hambatan; ia menyelam dalam tanah; berjalan di atas air bagaikan berjalan di atas tanah; dengan duduk bersila ia melayang di angkasa; menyentuh bulan dan matahari dengan tangannya; dengan tubuhnya ia dapat mengunjungi alam dewa brahma, dst..”
Keajaiban membaca pikiran (adesana patihariya) adalah kemampuan untuk mengetahui pikiran dan perasaan orang lain dengan mengatakan: “Orang itu berpikir begini atau begitu, ia berperasaan senang atau tidak senang, dan seterusnya…”
Dua keajaiban ini akan membuat orang yang yakin akan bertambah yakin, namun orang yang tak yakin kepada Sang Bhagava akan mengatakan bahwa ada mantra Gandhara dan mantra Kintamanivijja untuk melakukan itu.
“Kevaddha, karena saya melihat bahaya dari melakukan kekuatan batin ini, maka saya enggan dan malu untuk mempertontonkannya.”
“Apakah keajaiban ajaran (anusasana patihariya) itu?
Apabila seseorang mengajarkan agar berpikir ini, jangan berpikir begitu. Pertimbangkanlah hal ini, dan jangan begitu. Latihlah dan kembangkankah dirimu, lenyapkanlah kekotoran batin dan seterusnya. Selanjutnya, bilamana di dunia ini muncul seorang Tathagata yang mengajarkan dhamma kebenaran yang dimulai dengan melakukan Cula Sila, Majjima Sila, Mahasila, melaksanakan meditasi hingga mencapai Jhana I sampai dengan Jhana IV, mengembangkan kebijaksanaan hingga melenyapkan semua kekotoran batin, menjadi arahat.
(uraian rinci seperti yang diuraikan dalam Brahmajala Sutta dan Sammannaphala Sutta).
Inilah keajaiban yang telah saya mengerti dan realisasikan serta telah Saya ajarkan kepada orang lain. Di akhir dari khotbah, Upasaka Kevaddha menjadi senang dan gembira.