Jumat, 04 Januari 2013

Aplikasi Hukum Perbuatan

by Ajahn Brahm


Kebanyakan orang salah mengerti tentang hukum karma. Mereka beranggapan bahwa hukum karma adalah fatalisme (doktrin yang beranggapan bahwa semua sudah ditentukan oleh takdir dan tak bisa dirubah), dimana seseorang ditakdirkan untuk menderita atas kejahatan yang tak diketahui pada kehidupan lampau yang telah terlupakan. Itu tidaklah benar, seperti yang akan diceritakan berikut ini.


Dua orang wanita membuat kue.
Wanita pertama memiliki bahan-bahan yang menyedihkan. Tepung putih tua yang sudah berlumut, sehingga gumpalan-gumpalan hijaunya harus dibuangi terlebih dahulu. Mentega yang diperkaya kolesterol yang sudah agak masam. Dia harus menyisihkan bongkahan-bongkahan berwarna coklat dari gula pasirnya (karena seseorang memakai sendok bekas mengaduk kopi) dan satu-satunya buah yang dipakainya adalah kismis purba, sekeras uranium bekas. Dan dapurnya bergaya “Ĺ“pra-perang dunia”. Adapun mengenai perang dunia yang mana masih perlu diselidiki lebih lanjut.

Wanita kedua memiliki bahan-bahan terbaik. Tepung whole-wheat hasil cocok tanam organik, dijamin bukan hasil rekayasa genetik. Dia mempunyai margarine bebas kolesterol, gula pasir dan buah-buahan segar langsung dari kebun sendiri. Dan dapurnya adalah dapur paling mutakhir, dengan segala peralatan super modern.


Wanita yang manakah yang membuat kue yang paling enak?
Seringkali bukan orang yang memiliki bahan-bahan terbaik yang bisa membuat kue terbaik, namun ini merupakan masalah ketrampilan membikin kue daripada sekadar bahan-bahannya. Kadang-kadang orang dengan bahan-bahan yang menyedihkan mengerahkan segala usaha, perhatian dan cintanya untuk memanggang kuenya sehingga menghasilkan kue yang lezat. Itulah yang kita lakukan dengan bahan-bahan yang ada.

Saya mempunyai beberapa teman yang memiliki “bahan-bahan” yang menyedihkan dalam hidupnya: mereka lahir dalam kemiskinan, korban kekerasan terhadap anak, tidak pintar di sekolah, mungkin cacat dan tidak atletis. Tapi beberapa karakteristik yang dimilikinya “dipanggang” dengan begitu baik, sehingga menghasilkan kue yang begitu mengagumkan. Saya sangat mengagumi mereka. Dapatkah anda mengenali orang-orang seperti itu?

Saya juga mempunyai beberapa teman yang memiliki bahan-bahan terbaik untuk mengisi hidup mereka. Keluarga yang berkecukupan dan saling mencinta, mereka cerdas di sekolahan, berbakat dalam olahraga, berpenampilan menarik dan popular, namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan obat-obatan terlarang atau alkohol. Dapatkah anda mengenali orang-orang seperti itu?

Renungan:
Setengah dari karma adalah bahan-bahan yang kita miliki. Setengah sisanya, bagian yang paling menentukan, adalah apa yang kita lakukan dengan bahan-bahan tersebut dalam hidup ini.